Sabtu, 05 November 2011

Lirik Lagu Paramore-Conspiracy

CONSPIRACY


Please speak softly, for they will hear us
And they'll find out why we don't trust them
Speak up dear, 'cause I cannot hear you
I need to know why we don't trust them

Explain to me this conspiracy against me
And tell me how I've lost my power

Where can I turn? 'Cause I need something more
Surrounded by uncertainty, I'm so unsure
Tell me why I feel so alone
'Cause I need to know to whom do I owe

Explain to me this conspiracy against me
And tell me how I've lost my power

I thought that we'd make it
Because you said that we'd make it through
And when all security fails
Will you be there to help me through?

Explain to me this conspiracy against me
And tell me how I've lost my power
How?

How I've lost my power?

Sabtu, 29 Oktober 2011

5 Candi Budha dan 5 Candi Hindu di Indonesia

CANDI – CANDI BUDHA DAN HINDU

CANDI BUDDHA DI INDONESIA
1.        CANDI PLAOSAN
                                   

Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno. Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.

2.        CANDI SEWU
                                 
  
Candi Sewu adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks candi Prambanan (hanya beberapa ratus meter dari candi utama Roro Jonggrang). Candi Sewu (seribu) ini diperkirakan dibangun pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran (746 – 784). Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar setelah candi Borobudur, sementara candi Roro Jonggrang merupakan candi bercorak Hindu.
Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan dibuat oleh seorang tokoh sakti bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai prasyarat untuk bisa memperistri dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu gagal karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya masih kurang satu.

3.        CANDI NGAWEN













Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.
  

4.        CANDI BRAHU















Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Buddha, didirikan abad 15 Masehi. Pendapat lain, candi ini berusia jauh lebih tua ketimbang candi lain di sekitar Trowulan. Menurut buku Bagus Arwana, kata Brahu berasal dari kata Wanaru atau Warahu. Nama ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci seperti disebutkan dalam prasasti Alasantan, yang ditemukan tak jauh dari candi brahu. Dalam prasasti yang ditulis Mpu Sendok pada tahun 861 Saka atau 9 September 939,
Candi Brahu merupakan tempat pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja Brawijaya. Anehnya dalam penelitian, tak ada satu pakarpun yang berhasil menemukan bekas abu mayat dalam bilik candi. Lebih lebih setelah ada pemugaran candi yang dilakukan pada tahun 1990 hingga 1995.

5.        CANDI MUARA TAKUS













Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Riau, Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.
Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.

CANDI-CANDI HINDHU DI INDONESIA
1.        CANDI CETHO















Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.
Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.

2.        CANDI GUNUNG WUKIR












Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu yang berada di dusun Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini merupakan candi tertua yang dibangun pada saat pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732 M (654 tahun Saka).
Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x 50 m terbuat dari jenis batu andesit, dan di sini pada tahun 1879 ditemukan prasasti Canggal yang banyak kita kenal sekarang ini. Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan altar yoni, patung lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu betina atau Andini.
  
3.        CANDI CANGKUANG















Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.
Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m.

4.        CANDI GEDONG SONGO














Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat lima buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27°C). Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang.

5.        CANDI SUKUH












Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.
Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir.

Jumat, 28 Oktober 2011

Laporan Nata De Cassava

NATA DE CASSAVA
Penyusun :
1       Naufanti Zulfah XI IPA 3
2       Nur Wakhidah XI IPA 3
3       Hamasyaroh Intifada XI IPA 3
4       Kuswatun Khasanah XI IPS 4
5       Novia Nur Laila XI IPS 4
6       Laras Pangestuti XI IPS 4

SMA NEGERI 1 JETIS BANTUL
YOGYAKARTA
2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Air sisa pengendapan  pati adalah limbah cair dari proses pemisahan pati dari airnya atau proses pengendapan pada pembuatan tepung tapioca. Bau limbah tepung tapioca ini sangat menyengat, sehingga biasanya limbah tepung tapioca ini hanya dibuang di sungai-sungai, selokan-selokan saja. Dilihat dari bahan bakunya saja sangat unik. Tentunya banyak orang yang tertarik untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan makanan ini hingga menjadi makanan yang enak dan sehat.
Di tangan seorang mahasiswa UGM (Nur Kartika Indah M)  limbah tepung tapioca ini telah dimanfaat dan diubahnya menjadi makanan. Dia memberi ide kepada sang pemilik produk tepung tapioca untuk menjadikan limbah tepung tapioca tersebut menjadi makanan. Dengan mengajari tata cara pembuatannya, akhirnya produk ini sekarang dapat menjadi sebuah produk yang banyak dikonsumsi.
Produk ini dapat menggatikan Nata De Coco yang mempunyai permasalahan dalam keterbatasan bahan bakunya yang berupa air kelapa. Sedangkan Nata De Cassava yang bahan bakunya sangat mudah ditemukan, yaitu singkong. . Indonesia merupakan negara penghasil singkong terbesar ketiga didunia.
Ini merupakan suatu peluang  yang terbuka lebar bagi perusahaan pengembang produk nata de cassava untuk memenuhi permintaan pasar nata bahkan untuk menggantikan posisi nata de coco dalam pasar nata di Indonesia.
Inovasi-inovasi seperti ini sangat baik untuk dikembangkan. Apalagi hingga masuk ke dalam persaingan industry di Indonesia.
B.       Rumusan Masalah
1.      Mengamati proses pengolahan limbah tapioca menjadi nata de cassava
2.      Menetahui manfaat nata de ccassava
C.       Tujuan
1.      Bagaimana proses pengolahan nata de cassava ?
2.      Apa manfaat dari mengkonsumsi nata de cassava ?
3.      Berapa limbah yang dihasilkan dalam pembuatan nata de cassava perharinya ?
4.      Apa efek limbah yang tidak terolah ?
5.      Apa perbedaan antara nata de coco dan nata de cassava ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Dasar Teori
Limbah padat (onggok) tapioka yang selama ini hanya menjadi makanan ternak bisa dimanfaatkan menjadi makanan penyegar yang berserat bernama Nata de Cassava. Nata de Cassava merupakan terobosan inovasi baru produk makanan berserat yang sangat layak masuk dalam persaingan industri makanan di Indonesia.
Nata de Cassava dibuat dengan fermentasi bertingkat secara mikrobiologis. Bahan baku yang digunakan dapat berupa ketela, limbah padat maupun limbah cair. Pada limbah cair untuk pembuatan nata dapat langsung ditambahkan sedikit gula dan stater Acetobacter xylinum karena sudah mengandung gula (glukosa). Sedangkan untuk limbah padat difermentasi terlebih dahulu dengan Kapang dan khamir selama 3 hari untuk menghidrolisis pati pada onggok menjadi molekul lebih sederhana berupa gula yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan nata oleh Acetobacter xylinum. Larutan yang telah mengandung kadar gula 5-7% sudah dapat digunakan untuk fermentasi lebih lanjut menjadi nata de cassava selama 7 hari.
Salah satu produk olahan singkong ini memiliki kandungan serat tinggi dan kandungan kalori rendah sehingga cocok untuk makanan diet dan baik untuk sistim pencernaan serta tidak mengandung kolesterol sehingga dapat poluler di kalangan masyarakat yang memiliki perhatian pada kesehatan.
Potensi Bahan Baku
Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13.300.000 ton) setelah Brazil (25.554.000 ton), Thailand (13.500.000 ton) serta disusul negara-negara seperti Nigeria (11.000.000 ton), India (6.500.000 ton)dari total produksi dunia sebesar 122.134.000 ton per tahun (Bigcassava.com, 2007).
Salah satu jenis industri yang cukup banyak menghasilkan limbah adalah pabrik pengolahan tepung tapioka (tepung singkong). Dari proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka, dihasilkan limbah sekitar 2/3 bagian atau sekitar 75% dari bahan mentahnya. Limbah ini biasa disebut onggok .  Warga sekitar pabrik tapioka sangat akrab dengan Bahan yang  bernama onggok dan tahu persis sedahsyat apa baunya. Dalam keadaan kering sekalipun, onggok sudah mengeluarkan bau tak sedap, apalagi dalam keadaan basah saat musim hujan. Tidak mengherankan bila sering terdengar keluhan para penduduk sekitar pabrik pengolahan tepung tapioca. Ketersediaannya terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi tapioka. Hal ini diindikasikan dengan semakin luas areal penanaman dan produksi ubikayu. Luas areal tanaman meningkat dari 1,3 juta hektar dengan produksi 13,3 juta ton pada tahun 1990 menjadi 1,8 juta hektar dengan produksi 19,4 juta ton pada tahun 1995 (BPS, 1996). Dilaporkan pula bahwa onggok tersebut memiliki potensi sebagai polutan di daerah sekitar pabrik.  Penggunaan onggok dalam penyusunan pakan ternak sangat terbatas, padahal kandungan serat kasar yang tinggi (lebih dari 35%).
Berdasarkan kontribusi terhadap produksi nasional terdapat sepuluh propinsi utama penghasil singkong yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Sumatera Selatan dan Yogyakarta yang menyumbang sebesar 89,47 % dari produksi Nasional sedangkan produksi propinsi lainnya sekitar 11-12 %.
Keunggulan Nata De Cassava
Produk nata yang selama ini mendominasi pasar adalah nata de coco yang memiliki masalah keterbatasan dalam bahan bakunya yang berupa air kelapa. Hal tersebut menyebabkan permintaan pasar yang tinggi akan nata de coco ini belum dapat terpenuhi secara maksimal. Ini merupakan suatu peluang usaha yang terbuka lebar bagi perusahaan pengembangan produk dari olahan singkong yaitu nata de cassava sebagai pengganti nata de coco dalam pasar nata di Indonesia.
Limbah padat (onggok) tapioka yang selama ini hanya menjadi makanan ternak bisa dimanfaatkan menjadi makanan penyegar yang berserat bernama Nata de Cassava. Dengan bahan baku yang berasal dari limbah tapioka, nata de cassava akan muncul sebagai produk yang kokoh karena bahan bakunya berasal dari singkong, karena Indonesia merupakan penghasil cassava terbesar ketiga di dunia (13.300.000 ton/tahun). Sehingga tidak akan jadi masalah tentang ketersediaan bahan baku nata de cassava. Proses yang lebih ekonomis, karena tidak membutuhkan adanya penambahan gula sehingga untuk skala produksi nata de cassava lebih ekonomis dan efisien. Selain itu nata yang dihasilkan lebih kenyal, tebal dan lebih putih. Menjadikan nata de cassava merupakan pesaing berat bagi nata yang lain.
Dengan adanya produk nata de cassava ini dapat memberikan solusi bisnis yaitu dengan meningkatkan nilai ekonomis limbah tapioka sebagai variasi produk nata. Bahan baku yang melimpah ruah dan murah merupakan kekuatan utama nata de cassava, sehingga memudahkan dalam kepastian ketersediaaan bahan baku. Produk ini akan menjadi produk unggulan, karena didukung dengan proses dan bahan yang sederhana yang membuat bisnis ini menjadi layak dan dipastikan mendatangkan profit.
Peluang Bisnis Nata De Cassava
Singkong merupakan salah satu produk pertanian yang banyak diusahakan di Indonesia. Ketersediaan singkong yang sangat melimpah dan dapat diusahakan secara luas pada berbagai daerah pertanian menjadikan singkong sangat berpotensi untuk dijadikan salah satu sumber makanan olahan bagi masyarakat Indonesia, salah satunya adalah menjadi nata. Dengan demikian akan memberikan persepsi yang positif bagi masyarakat tentang singkong untuk dijadikan sebagai salah satu sumber makanan olahan unggulan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.      Pembuatan Tepung Tapioka
Alat dan Bahan :
1.      Saringan
2.      Ketela
3.      Ember
4.      Pisau
Cara Kerja :
1.      Kupaslah ketela terlebih dahulu.
2.      Cuci ketela yang sudah dikupas hingga bersih. Kemudian giling ketela-ketela tersebut.
3.      Siapkan saringan dan ember. Saringlah hasil gilingan ketela dengan menambahkan air, lalu peras.
4.      Diamkan air hasil perasan ketela selama 1 malam.
5.      Setelah 1 malam maka akan terbentuk 3 lapisan.
-          Lapisan dasar = pati
-          Lapisan tengah = abangan
-          Lapisan atas = air
B.       Pembuatan Stater/Pembuatan Bakteri
Alat dan Bahan :
1.      Botol
2.      Kertas koran
3.      Karet gelang
4.      Air kelapa
5.      zA
6.      Cuka
7.      Gula
Cara Kerja :
1.      Siapkan botol. Masukkan 1 liter air kelapa, 4 garam gula, air cuka, dan 2 gram z A ke dalam botol.
2.      Tutuplah mulut botol menggunakan kertas Koran, kencangkan penutup dengan karet gelang.
3.      Diamkan selama 5-6 hari.
C.       Pembuatan Nata De Cassava
Alat dan Bahan :
1.      Tong
2.      Ember
3.      Soblok
4.      Tungku
5.      Saringan
6.      Tambir
7.      Kayu
8.      Nampan
9.      Kertas koran
10.  Timbangan
Cara Kerja :
1.      Didihkan 10 liter limbah air tapioca.
2.      Setelah mendidih, masukkan 1 kg parutan ketela. Kemudian aduk hingga mencapai suhu 100° C.
3.      Turunkan, dinginkan, kemudian saringlah limbah air tapioca yang telah dicampur dengan parutan ketela ke dalam tong.
4.      Rebus kembali air yang telah disaring tersebut hingga mencapai suhu 100° C. Kemudian masukkan 2 gram z A, lalu aduk hingga merata.
5.      Selagi panas, tuangkan 1,1 liter per nampan. Tutup nampan dengan kertas koran, kencangkan penutup dengan tali.
6.      Diamkan selama 1 hari 1 malam kemudian tuangkan stater ke dalamnya. Kocok terlebih dahulu stater sebelum dituangkan ke nampan.
7.      Diamkan selama 8 hari hingga menjadi nata.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
No.
Kriteria
Pengamatan
1
Jumlah limbah per hari
2000 liter
2
Jumlah limbah terolah
1000 liter
3
Jumlah limbah tak terolah
-
4
Efek apabila limbah tak terolah
-
5
Proses pengolahan


a.       Bahan yang diperlukan
Ketela, air, pati, air kelapa, z A, gula, cuka

b.      Alat yang digumakan
Ember, saringan, tambir, soblok, kayu, pH, thermometer, tungku, nampan, meja, tong penyimpan, penutup kertas/koran, timbangan, karet gelang.

c.       Proses pengolahan
Didihkan 10 liter air limbah, masukkan 1 kg parutan ketela, aduk hingga bersuhu 100° C. Turunkan, dinginkan, saring, dan rebus kembali hingga suhu mencapai 100° C. Masukkan z A 2 gram, lalu aduk hingga merata. Kemudian, tuangkan ke dalam nampan, tutup nampan dengan kertas Koran, kencangkan dengan tali. Tunggu hingga 8 hari.

B.       Pembahasan
Nata De Cassava merupakan salah satu makanan olahan dari limbah tapioka. Ini merupakan inovasi baru produk makanan berserat.
Senin, 03 Januari 2011, kami melakukan studi lapangan disebuah pabrik pembuat Nata De Cassava yang terletak di daerah Pundong, Bantul, Yogyakarta. Kami dijelaskan cara membuat Nata De Cassava mulai dari awal hingga akhir. Pembuatan Nata De Cassava tidak cukup sulit. Alat dan bahan yang digunakan juga mudah ditemukan, yaitu ketela, air, air kelapa, cuka, zA, gula, ember, alat penyaring, tambir, soblok, kayu, pH, thermometer, tungku, nampan, meja, botol, tong, penutup kertas, dan timbangan.
Limbah tapioca dihasilkan ketika membuat tepung tapioca. Tepung tapioca sendiri terbuat dari bahan baku ketela. Jadi, untuk membuat Nata De Cassava terlebih dahulu harus membuat tepung tapioca. Cara membuat tepung tapioca adalah dengan mengupas ketela lalu mencucinya sebersih mungkin kemudian ketela digiling. Saring hasil gilingan ketela tersebut dengan menggunakan saringan dari kain tipis dan ember untuk menampung air perasan ketela. Taruh gilingan ketela ke saringan, tambahkan air kemudian peras. Diamkan air hasil perasan tersebut selama 1 malam. Setelah didiamkan 1 malam, air hasil perasan tersebut akan membentuk tiga lapisan, yaitu lapisan dasar merupakan patinya, lapisan tengah merupakan abangan, serta lapisan atas merupakan air. Lapisan atas ini yang nantinya akan dibuat Nata De Cassava. Umumnya, 1 kuintal ketela akan menghasilkan 22 kg pati. Tepung tapioca biasanya dioalah untuk membuat kerupuk.
Belum cukup dengan limbah tapioca saja, karena pembuatan Nata De Cassava memerlukan fermentasi, sehingga dibutuhkan stater (pembuatan bakteri). Pembuatan stater tidak rumit, hanya dengan mencampurkan 1 liter air kelapa, 4 gram gula, 2 gram zA, dan 2 ml air cuka ke dalam sebuah botol, kemudian botol ditutup menggunakan kertas dan dikencangkan dengan karet gelang, maka dalam 5-6 hari stater akan jadi. Stater yang sudah jadi permukaannya akan tumbuh nata. 1 botol biasanya terdapat ½ liter yang dapat digunakan untuk 6 nampan. Usahakan dalam pembuatan stater pH-nya tidak lebih dari 4, karena jika lebih dari 4 yang tumbuh bukanlah bakteri tetapi jamur. Ketika musim hujan agak susah untuk membuat stater, karena pada musim hujan jamur mudah tumbuh.
Setelah melakukan semua langkah-langkah di atas, kita akan dapat membuat Nata De Cassava. Pembuatan Nata De Cassava memerlukan proses yang cukup panjang, pertama-tama dengan mendidihkan 10 liter limbah air tapioca kemudian masukkan 1 kg parutan ketela, aduk hingga mencapai suhu 100°C. Turunkan, didinginkan kemudian saring limbah air tapioca yang sudah dicampur dengan parutan ketela. Setelah itu, rebus kembali air hasil saringan tersebut hingga bersuhu 100°C, kemudian masukkan 2 gram zA, aduk hingga merata, maka nata siap dicetak. Siapkan sebuah nampan yang sudah ditutupi kertas koran yang dikencangkan dengan tali. Buka sedikit penutup nampan tersebut, tuangkan sebanyak 1,1 liter kemudian tutup kembali nampan tersebut. Diamkan selama 1 hari 1 malam. Setelah 1 hari 1 malam, buka sedikit penutupnya, kocok stater terlebih dahulu lalu tuangkan stater ke dalamnya, kemudian tutup kembali. Nata akan jadi setelah 8 hari. 1000 liter limbah tapioca dapat menjadi sekitar 80 nampan. Sebelum dikonsumsi, Nata De Cassava ini harus direbus dengan gula terlebih dahulu agar rasa asam yang terdapat pada nata hilang.
Nata De Cassava memiliki kandungan serat tinggi dan kandungan kalori rendah sehingga cocok untuk makanan diet dan baik untuk memperlancar sistem pencernaan serta tidak mengandung kolesterol sehingga dapat poluler di kalangan masyarakat yang memiliki perhatian pada kesehatan.
Jumlah limbah yang diperlukan per harinya dalam membuat Nata De Cassava mencapai 2000 liter. Sedangkan limbah yang diolah adalah 1000 liter. Jumlah limbah yang tidak terolah tidak ada, di sini semua limbah terolah, maka tidak ada efek yang akan terjadi. Hanya saja sisa-sisa dari pengolahan Nata De Cassava seperti, parutan ketela, nata yang tidak sempurna dapat dijadikan sebagai makanan ternak.
Seperti halnya Nata De Coco, Nata De Cassava juga kenyal dan putih bahkan lebih dari Nata De Coco, dan juga kandungan seratnya lebih bagus Nata De Cassava. Peminat Nata De Coco dan Nata De Cassava sama, bahkan dapat dikatakan Nata De Cassava menjadi saingan berat Nata De Coco. Proses pembuatan Nata De Coco dan Nata De Cassava tidak sama, yang membedakan adalah perebusannya. Pada Nata De Coco hanya dilakukan 1 kali perebusan saja, sedangkan pada Nata De Cassava dilakukan 2 kali perebusan.
Satu lembar nata dihargai dengan Rp1000,00. Omset setiap harinya mencapai 5-7 kuintal. Keuntungan dalam 1 minggu mencapai Rp 750.000,00.
BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pembuatan Nata De Cassava tidaklah begitu rumit. Hanya saja ketika pembutan stater yang harus memperhatikan pH-nya secara teliti, apalagi ketika musim hujan jamur akan mudah tumbuh. Bahan dasar pembuat Nata De Cassava memang berbau tidak sedap, tetapi Nata De Cassava ini bermanfaat untuk melancarkan proses pencernaan serta memiliki kandungan serat tinggi dan kandungan kalori rendah yang cocok untuk makanan diet.
Dalam pengolahan Nata De Cassava ini tidak menghasilkan limbah, karena sisa-sisa pengolahannya dapat dijadikan untuk makanan ternak, sehingga tidak berefek.
Menurut penelitian, Nata De Cassava lebih bagus dibanding Nata De Coco, karena nata De Cassava lebih berserat. Pengolahannya pun berbeda. Namun konsumen keduanya tidak jauh berbeda.

DAFTAR PUSTAKA